ARTICLE AD BOX
ANALISIS
Muhammad Ikhwanuddin | CNN Indonesia
Rabu, 17 Sep 2025 07:25 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Bayern Munchen mengawali perjalanan di Liga Champions 2025/2026 dengan berjumpa Chelsea, Kamis (18/9) awal hari WIB. Die Roten, nan sepintas tampak dominan, bakal menghadapi The Blues nan kerap beri kejutan.
Kedua kubu sudah pernah berjumpa lima kali. Bayern Munchen mencatat tiga kemenangan dan satu kali tumbang. Boleh dibilang, kekalahan nan ditelan begitu pahit lantaran terjadi di final Liga Champions 2011/2012.
Saat itu Chelsea juara Liga Champions 2011/2012 lewat drama adu penalti. Hati fans FC Hollywood kian tersayat lantaran menyaksikan tim kesayangan kalah di Allianz Arena, markas mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Balas dendam sedianya sempat dilakukan pada dua pertemuan terakhir di babak 16 besar Liga Champions 2019/2020. Di musim itu, Bayern jadi juara pula.
Selepas itu, Bayern Munchen belum mencapai podium tertinggi lagi. Namun mereka konsisten lolos dari fase grup dengan pencapaian maksimal di semifinal pada musim 2023/2024.
Sekelas penguasa Jerman dan pemain lama di panggung Eropa, tentu Bayern Munchen mengincar sasaran ambisius di setiap jenis Liga Champions. Kekalahan bak cemeti bagi tim didikan Vincent Kompany lantaran enggan sebatas jadi peramai kejuaraan belaka.
Tapi Bayern Munchen wajib waspada lantaran Chelsea bukan tim sembarangan. Bukan tak mungkin kejutan seperti final Liga Champions 2011/2012 kembali terjadi.
Benar bahwa tim London Biru tidakhadir Liga Champions selama dua musim terakhir. Namun ketika mengalahkan Paris Saint-Germain (PSG) di final Piala Dunia Antarklub 2025, momen itu jadi bukti Chelsea punya kapabilitas menumbangkan tim nan diunggulkan.
Sang pelatih, Enzo Maresca nan membawa timnnya menang 3-0 musuh PSG di final, bisa mengarahkan pemain bermain cerdik. Cole Palmer dan kawan-kawan tetap tenang ketika ditekan berkali-kali oleh musuh nan mengandalkan high press.
Transisi sigap jadi kekuatan Chelsea. Serangan kembali nan berpadu penyelesaian klinis sukses membikin musuh porak-poranda. Hal itu terjadi di babak pertama dan PSG sama sekali tak kuasa membalasnya.
Pola serupa dari Chelsea bisa kembali diterapkan dan Bayern Munchen mungkin jadi korbannya.
Baca lanjutan kajian ini di laman selanjutnya>>>