ARTICLE AD BOX
ANALISIS
Muhammad Ikhwanuddin | CNN Indonesia
Jumat, 01 Agu 2025 08:15 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia U-23 butuh tambahan kekuatan untuk Kualifikasi Piala Asia U-23 2026. Menyongsong agenda krusial dalam waktu dekat ini, apakah butuh mendatangkan pemain diaspora lainnya untuk memihak skuad Garuda Muda?
Hanya tersisa satu bulan sebelum Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 bergulir pada 3-9 September mendatang. Jeda nan dimiliki tidak banyak dan mau tak mau persiapan diracik dengan waktu seadanya.
Timnas Indonesia U-23 baru menyelesaikan Piala AFF U-23 2025 dengan status runner-up. Meski bukan pencapaian buruk, ada banyak catatan nan mesti diperhatikan tim didikan Gerald Vanenburg.
ADVERTISEMENT
Salah satu nan disorot adalah komposisi pemain. Sebenarnya 23 nama nan masuk daftar skuad di Piala AFF U-23 2025 bukanlah penggawa tanpa kualitas. Tapi tetap bisa diutak-atik jika butuh hasil lebih apik.
Skuad Garuda Muda butuh kedalaman skuad nan lebih komplet. Ini berangkaian dengan substitusi ketika ada pemain nan tidakhadir akibat cedera.
Sebab berkaca dari Piala AFF U-23 2025, situasi ini terjadi pada lini tengah Indonesia. Sempat absennya Arkhan Fikri dan Toni Firmansyah jadi tantangan bagi Vanenburg untuk memasang sosok nan tepat.
Alhasil tambal sulam tak terhindarkan. Pemain nan berposisi original sebagai bek sayap, Dominikus Dion dipasang sebagai gelandang. Begitupun Dony Tri Pamungkas.
Skema ini terkenal dengan julukan inverted-fullback. Bukan sebuah langkah janggal, namun bukan tanpa akibat pula.
Salah satu akibat nan nampak adalah efektivitas dalam membuka kesempatan dan kaitannya dengan proses mencetak gol. Niat menempatkan pemain lincah di lini tengah segaris lurus dengan penguasaan bola nan mentereng.
Dari seluruh laga Indonesia di Piala AFF U-23 2025, Indonesia selalu mencatat lebih dari 60 persen ball possession selama Piala AFF U-23 2025 berlangsung. Angka terendah ketika menghadapi Filipina (66 persen) dan nan tertinggi saat menang besar atas Brunei 8-0 (84 persen).
Namun, produktivitas gol tak maksimal. Sebab pesta gol musuh Brunei adalah ketajaman semu nan tak relevan jadi acuan.
Pasalnya, Indonesia justru kesulitan menjebol gawang musuh setelah musuh Brunei. Menang atas Filipina didapatkan dari gol tunggal buah bunuh diri lawan.
Lawan Malaysia berhujung kacamata, lampau menumpas Thailand berbuah dari adu penalti. Hingga akhirnya, Jens Raven dan kawan-kawan menelan pil pahit lantaran kandas cetak gol musuh Vietnam sekaligus kalah di final.
Kenyataan ini adalah gambaran dari komposisi skuad racikan Vanenburg. Tanpa mengerdilkan perjuangan Garuda Muda, namun perbaikan adalah keharusan nan perlu dilakukan sebenar-benarnya.
Mempertebal kedalaman skuad dengan memanggil pemain diaspora bisa jadi pilihan. Namun mengambil langkah ini tak semudah membalikkan telapak tangan.
Baca lanjutan buletin ini di laman berikut >>>